Senin, 25 Juli 2022

'Kenapa Orang Zaman Dulu (Generally) Pola Didiknya 'Nggak Bener' Tapi Anaknya Tetap Bisa Sukses dan Berprilaku Baik?'

Beberapa waktu yang lalu saya membaca tulisan Pak Rijal Mumazziq. Beliau menjelaskan fenomena unik ini dengan pendekatan ruhani yang bagi saya yang juga mendalami 'hal beginian' tentu saja sangat masuk akal..

Katanya, orang zaman dulu itu (generally, terutama yang masih kental dengan tradisi) walaupun cara didiknya kadang atau sering bertentangan dengan prinsip prinsip parenting kekinian yang ilmiah dan minim kekerasan (pukulan, tamparan, cubitan dll), tapi mereka ternyata melakukan pendekatan yang kental dengan spiritualitas..

Mereka secara khusus melakukan TIRAKAT INDIVIDUAL untuk anak anaknya.

Metodenya bisa macem macem, ada yang dengan puasa, ada yang dengan mengamalkan bacaan tertentu di waktu tertentu dan dengan cara tertentu..

Ada juga yang melakukan semacam TIRAKAT SOSIAL seperti berbaik baik dengan tetangga, selalu siap sedia saat tetangga ada acara, memuliakan para ulama, berteman baik dan suka menolong siapa saja, pokoknya ya, ada amalan khusus yang dilakukan para pendahulu (yang pinter, yang ngaji, yang nunut tradisi yang baik, sebab ada juga leluhur yang bodoh dan sesatnya minta ampun wkkkkkk) yang diniatkan agar anak anaknya selamat dan bahagia dunia akhirat..

Walaupun secara fisik dan mental anak anak ini seolah diperlakukan kurang sesuai dengan etika dan ilmu parenting zaman now, namun secara ruhani, jiwa mereka tenang dan terkoneksi pada bapak ibunya, karena sudah diritualkan tadi..

Mudah bagi anak anak yang dulunya seolah diperlakukan tidak manusiawi untuk memahami dan memaklumi prilaku orang tua mereka dan bahkan mereka pada akhirnya sangat berterima kasih, menjadi sukses atau minimal santai dalam bidangnya masing masing serta terhindar dari prilaku prilaku yang mengenaskan..

Saya sendiri menemukan kasus kasus menarik mengenai parenting ala ritual ini, diantaranya:

1. Seorang rekan trainer pernah menulis bahwa dulu dia malas banget belajar dan kalau ada ujian, dia nggak belajar sama sekali. Namun ibunya berpuasa agar dia sukses melewati ujian.

Di masa masa ujian dia malah main kesana kemari, bukan belajar. Namun anehnya dia malah lulus dan seingat saya, jawaban dari pertanyaan pertanyaan ujian terbayang dengan sendirinya.

Oya, saya tidak merekomendasi pendekatan extrim ini, silakan kalau mau puasa, tapi ya belajar jugalah wkkkkkkk

2. Dokter Gamal Albinsaid, Pendiri Bank Sampah dalam bukunya menjelaskan, kapan saja ia akan atau sedang mengerjakan ujian penting, ibunya selalu bertanya 'jam berapa ujiannya?'

Dan di waktu itu juga ibunya akan menggelar sajadah, melakukan ibadah dan berdoa agar anaknya sukses dalam ujian atau di momen momen terpenting apapun..

Hasilnya?

Anda bisa lihat (atau googling) sendiri, betapa besar karya dokter Gamal dan levelnya udah World Class, jelas nggak kaleng kaleng kan? :D

3. Salah seorang teman fb saya yang berusia senior (sudah almarhum sekitar 2012 silam) menceritakan bahwa ada orang tua yang menggunakan ritual khusus khas tradisi seperti tidur di lantai pada waktu waktu tertentu, melakukan amalan tertentu dan sejenisnya, hasilnya? anak anaknya menjadi orang orang yang sukses dalam bidangnya masing masing..

4. Seorang Ustadz terkenal di daerah kelahiran saya (Medan) menceritakan sebuah kasus pribadi yang menarik yaitu anaknya bandel, suka bermain di selokan yang kotor, pokoknya ini anak sangat sulit diatur. Kerennya Ustadz ini ngobrol begini sama istrinya:

'Apa ya salah kita sehingga anak kita jadi begini?'

Kenapa saya bilang keren?

Karena ada jenis orang tua yang kalau ada prilaku buruk anaknya, maka ini orang akan menyalahkan anaknya saja, dia menolak bertanggung jawab akan fakta bahwa prilaku tidak baik anak, nyaris seluruhnya, adalah akibat dari orang tua yang tanpa sadar menularkan prilaku itu, pada anaknya.

'Jadi apa yang selanjutnya dilakukan pak Ustadz tadi bang?'

Beliau melakukan sesuatu yang sangat menarik dan tentu saja, sangat spiritual.

Suami istri yang dekat pada Allah itu melakukan sholat tahajud dan mendoakan anaknya secara khusus nyaris setiap malam. Dan alhamdulillaahnya, tak berapa lama, entah kenapa, anak beliau (yang kebetulan bernama sama dengan saya wkkkkk) itu entah kenapa berubah drastis!

Ia tak lagi main di selokan. Ia menjadi lebih nurut pada orang tuanya. Ia bahkan meminta sesuatu yang tak disangka sangka pada orang tuanya yaitu masuk pondok dan menghafal qur'an. Dan semua itu paralel dengan saat orangtuanya, mendoakan si anak secara khusus, pada waktu tahajud berjamaah..

Bukankah ini sangat spiritual?

Bukankah ini sangat bekerja efektif?

Terakhir, ini sebuah kasus menarik yang saya temukan di bukunya Ayah Edy, seorang Master Parenting, yang isi bukunya waktu itu (aduh saya lupa nama bukunya wkkkkk) yaitu tentang seorang guru yang mengaku sudah menggunakan segala metode parenting modern yang ia tahu, namun masih juga muridnya berprilaku kurang baik.

Hingga mungkin karena kehabisan akal menangani si anak tadi, akhirnya ia mengadukan masalah ini dalam sholat tahajudnya..

Dan aneh sekali, setelah dilakukan 'ritual' tadi, si anak prilakunya 'entah kenapa' berubah menjadi lebih baik. Padahal segala jurus parenting canggih sudah dilancarkan padanya, namun dengan kekuatan ritual ruhaniyyah, ia membaik secara prilaku..

Maka kembali pada pertanyaan diatas, kenapa kok ada sebagian atau bahkan banyak anak anak zaman dulu yang dididik dengan keras namun tetap sayang sama orang tuanya dan menjadi berhasil dalam bidangnya?

Yes, sekali, secara ruhani, mereka TERHUBUNG dengan orangtuanya dan dengan Tuhannya..

Jiwa mereka menjadi tenang, karena secara spiritual ruhani mereka tahu bahwa tabungan energi yang dihadiahkan orangtua mereka padanya, akan selalu bekerja, pada situasi dan kondisi yang tepat..

Sementara, anak anak yang hanya dikerasin, diteriakin, dipukulin dan tanpa doa melainkan only bullyan saja biasanya cenderung akan tumbuh menjadi manusia yang keras, ganas, beringas dan rentan dengan stres, depresi dan bahkan bunuh diri.

Itu semua karena, sudahlah parentingnya parah, nggak ada ritual buat ruhaninya pula, gimana nggak remuk itu anak ya kan?

'Wah menarik ini bang, sepertinya jarang banget ya dibahas dalam dunia parenting terutama yang barat punya?'

'Jadi gimana caranya bang supaya anak kita lengket dan tenang secara ruhani?'

Ok, inilah beberapa cara yang bisa anda lakukan. Pilih satu yang anda rasa cocok dan eksekusi dengan istiqomah, demi kebahagiaan anak anda, dunia akhirat..

1. Tirakat Individual -> Hadiahkan Al Fatihah (jika anda berkeyakinan lain, silakan lakukan doa sesuai dengan keyakinan anda) yang diniatkan untuk ruhnya si anak.

Lebih bagus jika dilakukan saat anda dalam kondisi sudah berwudhu. Waktu yang menurut saya terbaik adalah setelah tahajud atau kapan saja setelah anda bangun tidur atau setelah subuh.

Jika anda menganggap mengirim al fatihah ini tidak sesuai dengan ajaran Ustadz anda, silakan gunakan doa apapun yang kira kira artinya untuk menyelamatkan anak dunia akhirat.

2. Tirakat Sosial -> Sering sering sedekah pada tetangga walaupun hanya sedikit, muliakan para tokoh agama, promosikan produk teman teman anda dan intinya segala hal yang bisa bikin hati orang lain bahagia dan terbantu.

Energi yang dihasilkan dari tirakat jenis ini, setidaknya dalam pengamatan saya, sudah terbukti ampuh berkali kali insya Allah bisa melindungi anak anak walaupun berada jauh antar pulau..

Ok itu saja, yang penting istiqomah ya..

Dan tentu saja akan lebih powerful jika anda juga belajar dan mempraktekkan ilmu ilmu parenting. Para pendahulu kita banyak yang belum tersentuh ilmu penting ini namun kita yang sudah paham, tentu saja perlu terus mengupgrade pengetahuan kita tentang parenting.

Sebab bukankah kita ingin anak anak kita menjadi bahagia yang paripurna di dunia ini dan di akhirat sana? :)

Semoga bermanfaat dan Salam :)

Fahmy Arafat Daulay

Pekalongan, Senin 25 Juli 2022, Sebelum 'Isya tiba..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar