Satu diantara berbagai teknik Penyembuhan Emosi adalah The Provocative
Therapy.
Metode apa itu?
Simplenya , metode ini mirip dengan kita nya yang marah marah tapi bertujuan supaya sang klien memilki tujuan baru yang lebih positif dan juga mengarahkan klien untuk menginstall prilaku baru yang lebih memberdayakan dari sebelumnya.
Ceritanya, pada 2006 silam, saya kedatangan seorang klien yang sebut saja namanya Ibu Yus. Dia datang pada kami pada waktu itu dengan kondisi emosi yang kacau. Penampilannya juga aneh. Lebih mirip orang yang tak punya tempat tinggal. Saya kira, siapapun yang melihat ibu itu bisa dipastikan mereka pada tahu kalau ia sedang ‘bermasalah’.
Karena, ketika saya melakukan wawancara dengan ibu yus itu saya baru tahu bahwa diumur yang sudah mencapai 52 tahun ia pisah dengan suaminya dan sanak keluarganya tidak ada yang peduli dengannya.
Tambah lagi gara gara stress berat seperti itu dia jadi mengalami Claustrophobia ( takut berada dalam ruangan tertutup) dan dalam sesi terapi dia menangis terus menerus. Saya sampai bosan mendengar tangisannya tiap kali diterapi.
Dimasa itu, saya dan rekan membuka praktek dengan pendekatan Reiki 3 kali seminggu. Dan Ibu Yus ini sangat rajin sekali datang untuk diterapi. 3 kali seminggu jadwal praktek terapi, 3 kali seminggu juga ia datang, dengan sangat istiqamah.
Saat diterapi dengan Refleksologi dia menangis. Ketika diHypnosis ( dengan keilmuan saya yang apa adanya saat itu) juga sepertinya kurang jalan. Ketika saya mau menutup ruangan terapi agar lebih fokus eh ..dia malah nangis ketakutan lagi. Direiki juga sepertinya kurang bereaksi.
Bingung juga menghadapi pasien yang satu ini..
Hingga akhirnya pada sesi yang entah kesekian kalinya, saya kehilangan kesabaran.Saya akhirnya memarahinya habis habisan karena sudah bosan dengan prilakunya dimasa itu yang nangiiiis melulu. Sebenarnya sangat kurang sopan sih, karena waktu itu secara usia saya masih berumur 22 tahun and malah memarahi ibu ibu.. yang pantes jadi orang tua saya. Tapi ya mau bagaimana lagi, namanya juga saat itu lagi emosi hehehe..maaf ya bu..
Setelah saya marahi habis habisan, ibu itu menghilang dan tak pernah datang datang lagi. Hal ini cukup melegakan buat saya. Minimal gak mendengar keluh kesahnya lagi hehehe..
Tetapi..kira kira 1 bulan setelah dia datang terakhir kalinya, dia muncul lagi. Dan sudah sembuh!. Malahan dia membawa 2 orang klien lagi dengan kondisi yang mirip dengannya untuk diterapi di klinik kami.
Dia sudah berada dalam kondisi emosi yang stabil dan kembali menjalankan aktivitasnya yang biasa mengurus ijin kendaraan bermotor setelah sebelumnya seperti lumpuh dan tak bisa berbuat apa apa karena pembelajaran yang dihadapinya yang telah berlalu.
Sebenernya saya ya heran juga, kok dia malah jadi sembuh setelah dimarahi seperti itu? Padahal saya pikir dia jadi tobat gak mau datang datang lagi :D
Saya baru tau bahwa ternyata tanpa sengaja saya sudah menggunakan Provocative Therapy. Kang Asep Haerul Gani juga menggunakannya khusus untuk saya dalam pembelajaran Ericksonian Hypnotherapy Hehehe.. Thanks Kang..
Dan efeknya bagi saya memang manjur.Dalam konteks pembelajaran, saya jadi lebih memahami pengetahuan yang diinstall ke unconscious saya dan dalam konteks therapy dan perubahan prilaku saya juga alhamdulillah berhasil ‘menghajar’ seorang rekan yang bingung dengan tujuan hidupnya dan juga seorang remaja tanggung yang selalu teringat orang tuanya yang sudah meninggal dan menimbulkan reaksi yang aneh seperti gemetaran serta takut yang berlebihan apabila mendengar cerita cerita tentang hantu yang nggak jelas asalnya darimana.
Tentu saja juga berhasil dalam healing seperti kasus diatas. Hanya saja harus digunakan pada saat yang tepat dimana seolah klien menolak saran dari terapis baik secara sadar maupun tak sadar.
Kembali ke kasus diatas, bagaimana tepatnya saya memarahi ibu itu?
Ketika dia menangis untuk yang kesekian kalinya, saya mencapai puncak kekesalan yang luar biasa (maklum, anak muda hehehe) lalu saya berkata padanya seperti ini:
'Ibu ini gimana sih?'
'Punya Tuhan nggak?'
'Allah itu Maha Kuasa mengatasi segala masalah bu!'
'Ya adukan aja sama Allah ..!'
'Ntar semua masalah ibu pasti beres tu!'
'Masa nangis terus sih?'
'Apa gak bosan gini gini terus?!'
Saya melihat reaksinya yang terkejut karena saya berbicara dengan nada tinggi lalu saya menyuruhnya melakukan hal ini
“Ya sudah ! ikuti saya ya bu..Subhanallaah….walhamdulillaah..wa laa ilaaha ilallaah huwallaahu akbar..
(karena ibu itu seorang Muslimah maka saya tanpa sadar menggunakan metode Trance dzikir ala Ustadz Arifin Ilham karena emang itu aja yang terpikir pada masa itu hehehe…)
Dia pun mengikuti dengan khusyu’ karena mungkin sudah saya marahin sebelumnya ,dia juga menangis dalam prosesnya tapi saya biarkan dia sampai dia merasa tenang lalu saya mengajak dia berdoa dan mengikhlaskan masalah yang dihadapinya serta menganjurkannya untuk melakukan hal yang sudah dilakukan ini ketika sampai dirumah. Dan ternyata metode ini pas untuknya. Alhamdulillah..
Intinya, ya ketika saya marah marah itu dia masuk dalam kondisi trance keterkejutan, yang mungkin spesifiknya adalah dia merasa bersalah akibat kurang peduli selama ini dengan nasehat dan proses healing selama ini, setelah dimarahi akhirnya dia benar benar sadar kalo ternyata Terapisnya bener bener serius. And kalo dikaji kaji secara NLP saya sudah melakukan pace lead pada ibu itu dengan membuatnya terkejut dan me Lead nya kekondisi yang saya inginkan dalam hal ini Therapy emosi.
Perlu diingatkan, bahwa jurus ini hanya digunakan pada saat saat terpaksa saja dan kalo kita perhatikan orangnya memang ngeyel tapi masih mau datang terus untuk diterapi. Nah, orang orang kaya gini perlu di Shock biar nyadar dan menerima pembelajaran positif sehingga proses healing pun tercapai.
Juga kalo sering sering marah kaya gini juga bahaya bagi terapis karena bisa bisa jadi terapisnya yang perlu diterapi hehehe..
Begitulah sekedar catatan ringan dari saya, semoga manfaat ya..
Mohon share pengalamannya
Salam Kebahagiaan :)
Fahmy ‘Arafat Daulay
Metode apa itu?
Simplenya , metode ini mirip dengan kita nya yang marah marah tapi bertujuan supaya sang klien memilki tujuan baru yang lebih positif dan juga mengarahkan klien untuk menginstall prilaku baru yang lebih memberdayakan dari sebelumnya.
Ceritanya, pada 2006 silam, saya kedatangan seorang klien yang sebut saja namanya Ibu Yus. Dia datang pada kami pada waktu itu dengan kondisi emosi yang kacau. Penampilannya juga aneh. Lebih mirip orang yang tak punya tempat tinggal. Saya kira, siapapun yang melihat ibu itu bisa dipastikan mereka pada tahu kalau ia sedang ‘bermasalah’.
Karena, ketika saya melakukan wawancara dengan ibu yus itu saya baru tahu bahwa diumur yang sudah mencapai 52 tahun ia pisah dengan suaminya dan sanak keluarganya tidak ada yang peduli dengannya.
Tambah lagi gara gara stress berat seperti itu dia jadi mengalami Claustrophobia ( takut berada dalam ruangan tertutup) dan dalam sesi terapi dia menangis terus menerus. Saya sampai bosan mendengar tangisannya tiap kali diterapi.
Dimasa itu, saya dan rekan membuka praktek dengan pendekatan Reiki 3 kali seminggu. Dan Ibu Yus ini sangat rajin sekali datang untuk diterapi. 3 kali seminggu jadwal praktek terapi, 3 kali seminggu juga ia datang, dengan sangat istiqamah.
Saat diterapi dengan Refleksologi dia menangis. Ketika diHypnosis ( dengan keilmuan saya yang apa adanya saat itu) juga sepertinya kurang jalan. Ketika saya mau menutup ruangan terapi agar lebih fokus eh ..dia malah nangis ketakutan lagi. Direiki juga sepertinya kurang bereaksi.
Bingung juga menghadapi pasien yang satu ini..
Hingga akhirnya pada sesi yang entah kesekian kalinya, saya kehilangan kesabaran.Saya akhirnya memarahinya habis habisan karena sudah bosan dengan prilakunya dimasa itu yang nangiiiis melulu. Sebenarnya sangat kurang sopan sih, karena waktu itu secara usia saya masih berumur 22 tahun and malah memarahi ibu ibu.. yang pantes jadi orang tua saya. Tapi ya mau bagaimana lagi, namanya juga saat itu lagi emosi hehehe..maaf ya bu..
Setelah saya marahi habis habisan, ibu itu menghilang dan tak pernah datang datang lagi. Hal ini cukup melegakan buat saya. Minimal gak mendengar keluh kesahnya lagi hehehe..
Tetapi..kira kira 1 bulan setelah dia datang terakhir kalinya, dia muncul lagi. Dan sudah sembuh!. Malahan dia membawa 2 orang klien lagi dengan kondisi yang mirip dengannya untuk diterapi di klinik kami.
Dia sudah berada dalam kondisi emosi yang stabil dan kembali menjalankan aktivitasnya yang biasa mengurus ijin kendaraan bermotor setelah sebelumnya seperti lumpuh dan tak bisa berbuat apa apa karena pembelajaran yang dihadapinya yang telah berlalu.
Sebenernya saya ya heran juga, kok dia malah jadi sembuh setelah dimarahi seperti itu? Padahal saya pikir dia jadi tobat gak mau datang datang lagi :D
Saya baru tau bahwa ternyata tanpa sengaja saya sudah menggunakan Provocative Therapy. Kang Asep Haerul Gani juga menggunakannya khusus untuk saya dalam pembelajaran Ericksonian Hypnotherapy Hehehe.. Thanks Kang..
Dan efeknya bagi saya memang manjur.Dalam konteks pembelajaran, saya jadi lebih memahami pengetahuan yang diinstall ke unconscious saya dan dalam konteks therapy dan perubahan prilaku saya juga alhamdulillah berhasil ‘menghajar’ seorang rekan yang bingung dengan tujuan hidupnya dan juga seorang remaja tanggung yang selalu teringat orang tuanya yang sudah meninggal dan menimbulkan reaksi yang aneh seperti gemetaran serta takut yang berlebihan apabila mendengar cerita cerita tentang hantu yang nggak jelas asalnya darimana.
Tentu saja juga berhasil dalam healing seperti kasus diatas. Hanya saja harus digunakan pada saat yang tepat dimana seolah klien menolak saran dari terapis baik secara sadar maupun tak sadar.
Kembali ke kasus diatas, bagaimana tepatnya saya memarahi ibu itu?
Ketika dia menangis untuk yang kesekian kalinya, saya mencapai puncak kekesalan yang luar biasa (maklum, anak muda hehehe) lalu saya berkata padanya seperti ini:
'Ibu ini gimana sih?'
'Punya Tuhan nggak?'
'Allah itu Maha Kuasa mengatasi segala masalah bu!'
'Ya adukan aja sama Allah ..!'
'Ntar semua masalah ibu pasti beres tu!'
'Masa nangis terus sih?'
'Apa gak bosan gini gini terus?!'
Saya melihat reaksinya yang terkejut karena saya berbicara dengan nada tinggi lalu saya menyuruhnya melakukan hal ini
“Ya sudah ! ikuti saya ya bu..Subhanallaah….walhamdulillaah..wa laa ilaaha ilallaah huwallaahu akbar..
(karena ibu itu seorang Muslimah maka saya tanpa sadar menggunakan metode Trance dzikir ala Ustadz Arifin Ilham karena emang itu aja yang terpikir pada masa itu hehehe…)
Dia pun mengikuti dengan khusyu’ karena mungkin sudah saya marahin sebelumnya ,dia juga menangis dalam prosesnya tapi saya biarkan dia sampai dia merasa tenang lalu saya mengajak dia berdoa dan mengikhlaskan masalah yang dihadapinya serta menganjurkannya untuk melakukan hal yang sudah dilakukan ini ketika sampai dirumah. Dan ternyata metode ini pas untuknya. Alhamdulillah..
Intinya, ya ketika saya marah marah itu dia masuk dalam kondisi trance keterkejutan, yang mungkin spesifiknya adalah dia merasa bersalah akibat kurang peduli selama ini dengan nasehat dan proses healing selama ini, setelah dimarahi akhirnya dia benar benar sadar kalo ternyata Terapisnya bener bener serius. And kalo dikaji kaji secara NLP saya sudah melakukan pace lead pada ibu itu dengan membuatnya terkejut dan me Lead nya kekondisi yang saya inginkan dalam hal ini Therapy emosi.
Perlu diingatkan, bahwa jurus ini hanya digunakan pada saat saat terpaksa saja dan kalo kita perhatikan orangnya memang ngeyel tapi masih mau datang terus untuk diterapi. Nah, orang orang kaya gini perlu di Shock biar nyadar dan menerima pembelajaran positif sehingga proses healing pun tercapai.
Juga kalo sering sering marah kaya gini juga bahaya bagi terapis karena bisa bisa jadi terapisnya yang perlu diterapi hehehe..
Begitulah sekedar catatan ringan dari saya, semoga manfaat ya..
Mohon share pengalamannya
Salam Kebahagiaan :)
Fahmy ‘Arafat Daulay
Tidak ada komentar:
Posting Komentar