Senin, 30 Mei 2022

'LUKA BATIN DAN AKAR KEBENCIAN PADA 'AGAMA''

Luka Batin, salah satu efeknya bisa menimbulkan kebencian pada agama secara berlebih lebihan. Entah disengaja atau lebih seringnya, tidak disengaja namun tidak disadari.

Bisa karena pernah dizalimi atau disakiti orang yang bertampilan atau terkesan agamis atau bisa juga bawah sadarnya sejak kecil atau saat remaja dan lagi galau galaunya mencari 'jati diri' ditanam data atau informasi yang sangat emosional lewat cerita fiktif, dongeng dongeng palsu atau pengalaman pribadi yang tidak objektif bahwa orang dengan agama tertentu (dalam kasus di Indonesia adalah mayoritas Islam) itu orangnya sangar, brutal, gila, bodoh, fanatis, kampungan dan nggak ada baik baiknya sedikit pun. 

Lalu dengan segala jenis informasi yang tidak benar ini, langsung kontan menggeneralisasi dan menyalahkan agama, tanpa konfirmasi yang merupakan sikap yang benar dalam menemukan fakta yang shahih. 

Padahal dalam kesehariannya, bisa jadi ia sering sekali bertemu dan bahkan berteman dengan orang yang beragama dibencinya itu. Atau memiliki guru atau dosen yang beragama itu atau mungkin juga orang yang disukai yang juga beragama itu atau penjual nasi goreng yang sering dibelinya yang beragama itu dan tidak mengalami masalah rasis atau konflik pribadi apapun.. 

Namun tetap saja dibawah sadarnya (karena keduluan masuk data yang salah dengan intensitas emosi tinggi) maka semua kebaikan dan keramahan orang beragama tadi bisa jadi hanya dianggap bermanis manis muka dan fake saja :D 

Dan tentu saja, yang paling maha benar dan mulia adalah orang orang di komunitas atau jalan spiritualnya sendiri, walau serasis, sekasar atau sebejat, setidak adil apapun prilaku orang orang ini pada orang yang beragama. 

Kenapa ini bisa terjadi? 

Ya itu tadi, udah masuk duluan program informasi kebencian entah dari orang tua, informasi komunitas yang diikuti tanpa filterisasi, informasi dari media tanpa konfirmasi pada yang lebih ahli dan sejenisnya. Semuanya menembus bawah sadar dan jadi program, yang akan secara otomatis aktif saat berinteraksi dengan orang dengan agama tertentu. 

Generalisasi dan pukul rata pun terjadi, sehingga jika ada oknum dari agama itu melakukan sesuatu yang salah, maka ia memukul rata, menggeneralisasi bahwa ajaran itu salah, sesat, kuno, penuh dengan dongeng, radikal, gurun dan sejenisnya.. 

Maka nggak heran jika ada oknum tokoh agama yang melakukan kesalahan (dan mereka ini jumlahnya sedikit dibanding lebih dari 1 Milyar orang yang beragama itu) maka dibesar besarkan sedemikian rupa seolah prilaku si oknum itu mewakili seluruh manusia yang beragama itu dan merupakan ajaran agama itu.

Padahal sekali lagi, bahkan seluruh presiden negara yang ditinggalinya pun adalah orang yang beragama itu dan hidup mereka juga masih aman aman saja, padahal ada lebih dari 150 juta manusia yang beragama itu dan ternyata hidupnya aman dan nyaman nyaman saja hingga kini.. 

Lucu kan prilaku manusia yang begini? Ya itu karena program bawah sadarnya yang diisi orang atau menggeneralisasi pengalaman pribadi menjadi seolah olah semuanya pasti begitu. 

Dan ini tidak hanya terjadi pada orang awam yang jarang belajar agama namun juga pada para 'intelektual' yang katanya bisa berpikir kritis dan objektif.. 

Namun lagi lagi, prinsip bawah sadar juga berlaku disini yaitu: 

'Jika emosi berlawanan dengan logika, maka yang menang adalah emosi' 

Maka jangan heran anda kalau ada oknum profesor, doktor atau tokoh politik atau spiritual yang masih saja memiliki prilaku rasis dan over generalisir statement yang penuh kebencian pada agama. 

Bisa jadi mereka memiliki pengalaman buruk saat berinteraksi dengan satu dua orang (bisa pasangan, bisa teman, bisa juga kelompok extrim yang sebenarnya juga tidak disukai atau bertentangan dengan ajaran agama itu sendiri) yang kebetulan beragama itu atau didoktrin dengan ajaran budaya tertentu yang mengklaim kelompoknya adalah pewaris sejati nusantara atau merasa si paling spiriritual dan lalu JUMP TO CONCLUSION bahwa semua orang yang beragama terutama Islam = Auto Bajingan :D 

Sungguh Cerdas Sekali kan? wkkkkkkkk Itulah gunanya belajar Hypnosis, Psychology, History dan sejenisnya. 

Kita jadi bisa tahu akar kegilaan orang orang yang bahkan dianggap super pintar tapi kok bisa bertindak kekanak kanakan atau bahkan extrim dan over generalisasi yang irrasional :D 

Lain kali saran saya, kalau ketemu orang begini, tanyakan saja: 

'Anda berkesimpulan bahwa agama ini = kampungan dll seperti itu referensinya darimana?'

 'Apakah referensi anda itu ilmiah atau sebenarnya emosional atau berbau politis atau bahkan tidak valid sebagai data?' 

'Apakah ada 1 atau beberapa orang yang pernah menzalimi atau menipu anda dan dia orang beragama tertentu atau Muslim?' 

'Apakah beberapa orang ini bisa jadi kesimpulan atau generalisasi bahwa seluruh orang beragama ini adalah jahat dan gila?' 

'Apakah anda punya seorang guru, dosen, teman, atau penjual gorengan favorit anda dan mereka semua baik?' 

'Jika begitu, maka apakah bisa dibenarkan bahwa agama itu otomatis mengajarkan kejahatan padahal setelah diamati langsung dilapangan dan dipelajari betul ternyata tidak?' 

Dan Luka Batin yang mengakibatkan kebencian pada agama, adalah salah satu unsur yang paling merusak silaturahim, persatuan dan keamanan negara.. 

Sebab 'Devide Et Impera' atau adu domba antar anak bangsa, menurut pengamatan saya selama lebih dari 10 tahun ini, ternyata masih ada dan sudah dalam tahap yang sangat mengkhawatirkan.. 

Dan luka batin jenis yang termasuk paling luar biasa merusak ini, harus segera dilepaskan, selepas selepasnya! 

Bagaimana Menurut Anda? 

#Insight #Fenomena

Tidak ada komentar:

Posting Komentar