Kamis, 09 September 2021

Kisah Nyata Seorang Juara Dunia Yang Terluka


'Kadang kadang, butuh waktu yang lama, untuk bisa betul betul menjadi diri sendiri' (Miles Davis)

Seru banget nonton dokumenter 'Losers' yang menampilkan Michael Bentt adalah seorang Juara Dunia Tinju yang lucunya malah nggak suka tinju :D 

'Kok bisa gitu bang?' 

Yes, karena dia bertinju bukan karena kesukaannya melainkan karena dipaksa bapaknya yang fans berat Muhammad Ali, Sang Legenda Tinju. Bahkan dia pernah digebukin gara gara bilang kalau nggak mau lagi latihan tinju. 

Luka batinnya parah banget memang! 

Jadi bapaknya ini maksa dia untuk mencapai impian bapaknya, bukan impiannya sendiri. Nyuruh nyuruh orang tapi nggak ngelakuin sendiri :D 

Tapi anehnya mungkin karena Bentt ini sangat berbakat banget, singkat cerita dia malah jadi Juara Dunia Tinju di masanya! Tapi jauh didalam hatinya, dia tidak merasakan bahagia, karena dia sebenarnya tidak suka tinju. Itu bukan passionnya, itu tidak membuat dia merasakan kepuasan yang dalam. 

Sehingga saat pertarungan mempertahankan gelar juara dia mengalami inner conflict. Managernya melihat saat dia bertarung itu seperti nanggung banget dan seperti nggak mau ngehajar lawannya. 

Semua kenanggungan ini akhirnya berakhir tragis dengan dia dipukul KO parah banget sampai mukanya ngehantam kanvas tinju dan mental, saking kerasnya jatuhnya. Ia langsung dilarikan RS dan menurut dokter, karena otaknya cedera dia akhirnya terpaksa dibikin KOMA. Dan dia koma selama beberapa hari.. 

Eh dasar bapaknya emang maha kampret banget ya, pas dengar berita begitu bukannya empati eh malah bilang kira kira begini: 'Udah biarin aja itu orang mati' 

Padahal itu anak kandungnya sendiri dan udah berhasil mencapai mimpi jadi juara dunia tinju demi dia sendiri! 

Sementara kata dokter, Michael Bentt nggak boleh bertinju lagi, karena bisa mengalami stroke kalau kepalanya kena gebuk lagi. Sungguh sebuah berita buruk untuk orang yang mendapat nafkah dan gelar kehormatan dari tinju. Sebuah akhir dari karir yang menyedihkan. 

Tetapi, mungkin buat orang lain itu adalah berita buruk, tapi buat dia itu justru berita gembira! Yes! Dia jadi punya alasan yang sangat kuat untuk tidak mukulin orang lagi! :D 

Karena memang pada dasarnya dia memang nggak suka tinju :D 

Setahun kemudian dia membeli rumah dan ikut kursus menulis. Rupanya, dia ini sebenernya lebih suka menulis daripada ngehantam muka orang :D 

Kegemarannya ini kemudian dia membawanya menjadi penulis artikel di majalah olahraga terkenal. Selanjutnya dia menjadi aktor sebagai pemeran Sonny Liston bersama Will Smith yang memerankan Ali. 

Dia juga menjadi konsultan tinju dalam banyak film dan bahkan membuat acara teaternya sendiri! :D 

Dengan segala drama penuh luka batin sejak kecil yang dialaminya, akhirnya dia mengalami hidup yang lebih memuaskan, lebih membahagiakan, dengan cara yang paling disukainya sendiri. 

Pada penghujung dokumenter ini dia bilang kira kira begini: 'Di KO kemarin itu adalah anugrah terbesar buat aku' 

Jadi menurut saya, kekalahan dia yang menyakitkan itu justru adalah awal dari kesuksesan dan kebahagiaan yang lebih memuaskan lagi. Selama dia terus melakukan sesuatu untuk memperbaikinya dan tidak pernah menyerah serta mencari lingkungan yang mendukung (dia pindah ke LA dan katanya dia suka lingkungan kreatif disana) 

Dari sini kita bisa belajar: 

1. Sebaiknya, temukan passion dari awal dan kembangkan terus, agar menjalani hidup dengan lebih memuaskan. 

2. Temukan lingkungan yang mendukung passion kita. Cari terus sampai dapat!


3. Ada hal yang sangat menarik buat saya disini. Walaupun dia tidak suka tinju, tapi karena dia rajin latihan dan dikelilingi orang orang terbaik untuk melatihnya, ternyata tetap saja dia bisa jadi hebat banget dan jadi juara dunia.


Artinya, kalau misalnya ada hal penting yang kita nggak suka tapi harus dilakukan supaya tambah maju, tambah sukses, tambah puas hidupnya, maka kalau belajar dari orang yang sudah ahli terpaksa nggak terpakas, terus berlatih dan berkomunitas dengan orang orang terhebat, maka tetap saja bisa jadi hebat juga.


Faktor lingkungan dalam kasus ini, memegang peranan maha penting dalam pembentukan skill penting, walaupun kitanya nggak suka.


Ini sangat menarik! :D 

4. Usahakan sekuatnya, untuk bisa kabur dari orang orang yang suka membully, bagaimanapun caranya. 


Orang orang gila ini sebenarnya juga kena luka batin juga, cuman kalau kita terus menerus digigit dan teracuni, nantinya kita juga bakalan ikutan hancur kan? 

5. Orang bisa saja terlihat bahagia dan juara dunia, tapi ternyata hatinya menyimpan luka dan merasa menderita. Sawang sinawang lah kalau kata leluhur di Tanah Jawa :) 

Yes, parenting yang buruk, serta lingkungan yang toxic memang bisa menghancurkan manusia. 

Namun, jika kita memutuskan untuk mencari bantuan, berusaha sekeras kerasnya dengan pantang menyerah untuk menemukan lingkungan yang lebih positif, maka insya Allah, kita akan lebih mungkin bisa hidup dengan lebih puas, dengan lebih bahagia dan dengan lebih bermakna. 

Dan bisa jadi, kekalahan besar yang mungkin sedang kita alami saat ini, JUSTRU adalah awal yang indah, dari kemenangan baru yang lebih besar, lebih membahagiakan dan lebih memuaskan, selama lamanya. 

Bukankah selama kita tidak pernah menyerah, insya Allah kita belum bisa dibilang kalah? ;) 

Bagaimana menurut Anda? 

Fahmy Arafat Daulay Pekalongan, Kamis 9 September 2021. 

Azan Ashar baru saja berkumandang..

#Review #Dokumenter #Losers

Tidak ada komentar:

Posting Komentar