Diantara banyak sekali yang menghambat keyakinan bahwa mendapatkan uang dan menjadi berlimpah itu sebenarnya mudah adalah ini:
Salah Paham terhadap ajaran agama..
Menurut pengalaman saya, inilah yang termasuk blocking yang BERAT untuk ditangani kalau belum tau ilmunya. Sebab ini urusannya tentang akhirat dan 'surga neraka'
Orang yang sudah terkena 'racun' kurang holistik belajar agama ini akan menganggap dirinya sedang mematuhi perintah Tuhan dan yang lain adalah orang yang kufur dan ingkar padaNya.
Kemiskinan dianggap mulia, 'zuhud' dan bisa menaikkan orang kederajat yang tinggi disisiNya.
Beberapa contoh blocking berbau salah belajar agama itu seperti ini (karena dinegara kita mayoritas Muslim maka saya menuliskan yang umum terjadi pada masyarakat kita) :
- 'Orang Kaya itu susah dan panjang hisabnya'
- 'Sudahlah nggak usah ngoyo, ujung ujungnya kan ntar paling masuk tanah ukuran 1x2' (kuburan maksudnya)
- 'Orang Miskin lebih cepat masuk surga dibanding orang kaya'
- 'Yang penting itu takwanya, bukan kayanya' (Benar, tapi salah penempatan).
- 'Orang miskin itu lebih dicintai Nabi'
- Dan lain lain, yang intinya menggunakan petikan ayat atau hadits yang mengagung agungkan kemiskinan dan kezuhudan yang salah penempatan.
Biasanya, orang orang yang percaya begitu saja dengan keyakinan yang seolah olah sangat Syar'i ini adalah orang orang yang belum memahami Islam secara lebih holistik.
Mereka belum belajar sejarah Islam dengan benar.
Dalam sejarahnya, para sahabat besar yang DIJAMIN MASUK SURGA hampir semuanya adalah ORANG ORANG KAYA.
Sebut saja Umar, Usman, Abdur Rahman bin 'Auf, Abu Bakar dan lain lain adalah para Millionaire bahkan Trillionaire.
Jika ada yang bilang kalau orang kaya itu panjang hisabnya, bagaimana dengan para sahabat diatas?
Kenapa mereka tidak panjang hisabnya?
Ada juga yang bilang kalau 'Abdur Rahman bin 'Auf itu masuk surga dengan merangkak.
Dulu saya ngeri juga mendapat informasi seperti ini, tapi lama lama saya pikir, tetap saja masuk surga kan?
Ini tetap saja lebih baik ketimbang orang miskin yang sombong dan merendahkan para orang kaya karena merasa lebih 'zuhud'
Mereka BISA JADI merasa merekalah yang paling masuk surga. Padahal tidak akan bisa mencium bau surga untuk orang orang yang dalam hatinya ada kesombongan walaupun hanya sebesar biji Zarrah.
Jadi, mau miskin, mau kaya, tetap saja ada kemungkinan bisa masuk neraka kalau kita sombong dan merasa lebih mulia dari yang lain.
Hak penuh untuk menilai manusia itu masuk surga atau neraka itu adalah HAK MUTLAK nya Allah.
Sementara yang namanya uang atau kekayaan itu NETRAL.
Bisa digunakan untuk berbuat kebajikan habis habisan dan bisa juga digunakan untuk kemaksiatan level mahadewa!
Tergantung SIAPA yang megang itu kekayaan, bukan kekayaannya sendiri.
Pisau ditangan seorang ibu rumah tangga yang pinter masak akan jadi alat yang sangat bagus untuk memotong motong dan membuat masakan yang enak untuk keluarganya.
Sehingga yang makan masakan ibu itu menjadi bahagia dan jika ibu itu niatnya memang menyenangkan hati suami dan keluarganya, maka akan jadi pahala yang tiada taranya.
Tetapi, pisau yang sama yang digunakan seorang rampok atau pembunuh berdarah dingin, akan digunakan untuk menusuk nusuk korbannya atau bahkan memutilasi orang secara kejam dan sadis.
So, it's not about the knife.
It's about who take and use the knife.
Bukan tentang pisaunya, tapi tentang SIAPA dan BAGAIMANA pisau itu digunakan.
Ok, jelas ya sampai disini :)
* NGAPAIN CAPEK NYARI DUIT, KAN UJUNGNYA MASUK KUBURAN JUGA? *
Ada juga yang punya belief atau keyakinan:
'Ah sudahlah, ngapain capek capek nyari kekayaan, Kan ujungnya bakalan masuk kuburan juga. Cuman masuk tanah 1x 2 meter kita!'
Waduh, sungguh kasihan dan menyedihkan kalau ada orang yang punya keyakinan seperti ini.
Saya membayangkan gimana ya nasibnya?
Gimana dengan istri dan anak anaknya?
Gimana ya hubungan sosial dan harga dirinya?
Yang orang ini belum tau adalah:
'Bahkan tanah kuburan yang cuman 1x2 meter itu juga kalau mau mayat ente dikubur, BAYAR PAKE DUIT juga!’ 😃
Juga orang orang ini sepertinya memang belum memahami ajaran agamanya dengan baik.
Sebab banyak sekali ibadah ibadah PENTING dalam Islam yang semuanya BUTUH DUIT dan kadang jumlahnya lumayan besar.
Kalau mau sholat tentu saja kita butuh pakaian yang layak, sopan dan penuh adab.
Disunnahkan untuk memakai pakaian yang paling bagus dan terbaik saat sholat.
Bahkan dalam hadits dijelaskan kalau mau Jum'atan pake pakaian yang putih putih dan terbaik.
Begitu juga saat Hari Raya atau Lebaran, sunnah memakai PAKAIAN YANG TERBAIK.
Artinya apa?
Nabi saja memakai pakaian yang terbaik kalau mau ibadah.
Beliau juga memakai wangi wangian atau parfum. Dan anda tentu saja tau bahwa semua itu TIDAK GRATIS, melainkan perlu dibayar pake duit 😊
Juga, kita sangat dianjurkan (Allah sendiri yang nyuruh) untuk membayar Zakat, Infaq dan Shadaqah.
Kalau nggak punya duit, ya mana bisa menjalankan syariat ini?
Belum lagi kalau mau nikah, kan butuh duit juga?
Nikah itu ibadah dan ibadah yang satu ini juga butuh dana yang lumayan besar.
Kalau bertahan dengan keyakinan miskin yang salah alamat tadi, gimana bisa nikah? :D
Oh, saya belum bilang tentang naik haji dan umroh kan?
Lah anda sendiri kan sudah tau kira kira berapa biayanya?
Kalau kita masih nggak punya duit buat ibadah yang 'mahal' itu gimana bisa naik haji? :D
Membeli rumah yang nyaman, membeli buku buku berkualitas tinggi, belajar dari Guru yang Hebat, kenderaan, biaya sekolah anak, menyenangkan hati pasangan, perawatan kesehatan, pengobatan penyakit, membantu orang tua, memberikan sedekah bagi tetangga atau kerabat yang sakit, ngebayarin makan makan bareng teman teman, SEMUANYA JELAS BUTUH DUIT!
Dalam sebuah hadits juga dijelaskan bahwa memberikan warisan pada anak anak setelah kita tiada juga sangat dianjurkan.
Karena kita tidak boleh meninggalkan para pewaris kita dalam keadaan butuh bantuan orang secara finansial.
Hidup ini BUKAN CUMAN SOAL TANAH KUBURAN 1x2 meter yang bahkan juga HARUS BAYAR PAKE DUIT juga BRO!
Jadi, dengan kesadaran bahwa semua ibadah tadi butuh uang (bahkan sebagiannya dibutuhkan dalam jumlah yang amat banyak).
Maka mencari rezeki dan menjadi berlimpah adalah sebuah keniscayaan dan bahkan keharusan bagi kita semua.
Jadi JANGAN TAKUT PUNYA UANG BANYAK!
Justru ANDA harusnya berbahagia, penuh suka cita tiada tara. Karena dengan uang yang banyak itu, kita bisa membantu diri sendiri, keluarga, dan orang orang tersayang serta masyarakat sekitar kita dengan lebih mudah lagi, insya Allah 😊
Ya sudah, kalau anda belum percaya juga, silakan saja cek sendiri dan belajar sendiri kembali ajaran Islam kita.
Nanti akan sadar, betapa pentingnya memiliki uang yang banyak, agar kebaikan bisa lebih tersebar.
Juga, mencegah kita jadi bangsa miskin, rendah, bodoh dan selalu dijajah.
Negara yang didalamnya terlalu banyak orang miskin akan jadi negara yang paling sering jadi bahan siksaan dan olokan dimata dunia.
So, it's not about tanah kuburan doang. Ini tentang bagaimana dengan uang dan kekayaan yang berlimpah, kita bisa melakukan banyak hal yang luar biasa berpahala dan memberikan banyak kebaikan bagi sesama manusia
Hingga bisa jadi investasi kita diakhirat nanti.
Clear kan?
* ORANG MISKIN LEBIH CEPAT MASUK SURGA? *
Ups nanti dulu hehehe..
Beberapa hadits menyebutkan bahwa orang miskin yang BERIMAN akan masuk surga lebih cepat dibanding orang orang kaya.
Ada yang menyebutkan 40 tahun lebih cepat, ada juga yang 500 tahun.
Lah, bagaimana cara menyikapi hadits tersebut?
Disebutkan juga bahwa nabi paling suka ngumpul dengan orang orang miskin?
Gimana lagi ini?
Ok, saya jelaskan perlahan ya.
Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwa yang masuk surga lebih cepat itu adalah orang miskin yang BERIMAN (tolong garis bawahi ini).
Sekali lagi, yang BERIMAN.
Pertanyaannya:
'Bagaimana anda yakin kalau Anda itu termasuk orang yang beriman sementara variabel penentu keimanan itu cuman Allah?'
'Dan baru pas kita sudah meninggal alat ukur yang paling pastinya?'
So, mending cari kekayaan sebanyak banyaknya dan bagikan juga sebanyak banyaknya.
Setidaknya, kita sudah bisa melakukan banyak hal baik dan menolong amat banyak dengan berlimpahnya uang yang kita punya.
Yang ngaku ngaku beriman, biasanya nggak terlalu beriman.
Dan anda tau, orang miskin yang sombong dan ngerasa paling beriman itu tempatnya BISA JADI di neraka.
Sebab jika ada setitik kesombongan dalam hati walau cuman cuman sebesar Zarrah (biji sawi) maka bau surga pun tidak akan tercium.
Bukan tentang seberapa kaya atau miskinnya, tapi seberapa takwa dan berserah padaNya.
Setuju?
Lagi pula begini, kalau memang kita bisa belajar cara menjadi lebih berlimpah dan bisa memberi kebaikan pada banyak orang, kenapa tidak?
Seperti yang sudah saya jelaskan, kekayaan yang banyak akan mampu memberikan yang terbaik bagi anda, keluarga, masyarakat dan negara sehingga menjadi bekal amalan anda diakhirat nanti.
Anda sudah paham kan betapa berfadilahnya bersedekah?
Menolong orang sakit dan masih banyak lagi?
Lagipula, kalaupun benar orang kaya itu akan masuk surga lebih lama, so what's the deal?
Apa masalahnya?
Yang penting kan masuk surga juga?
Memangnya anda yakin dengan kemiskinan yang dialami itu bisa masuk surga?
Saya pernah ketemu langsung dengan orang miskin yang sombongnya minta ampun dan merendahkan orang. Padahal rumah yang ditinggali saat itu sudah harus akan ditinggalkannya sekian hari atau minggu lagi. Ternyata seingat saya, sekian hari kemudian terpaksa pindah ketempat lain karena sudah habis masa kontraknya.
Yah, secara psikologis saya paham kalau itu adalah cara agar dirinya tetap terlihat luar biasa dengan menceritakan pengalaman pengalamannya yang (katanya) jarang dialami orang.
Karena hanya itu yang bisa dibanggakannya. Saya bisa maklum setelah mempelajari kejiwaaan manusia dan mempelajari diri saya sendiri. Jadi ini bukan tentang miskin atau kayanya, tapi tentang takwa atau ketundukan pada Tuhannya, entah dia itu kaya atau belum berpunya.
Untuk memperkuat pesan saya tentang pentingnya kekayaan, dalam sebuah hadits shahih dijelaskan bahwa:
Rasûlullâh mengutus seseorang kepadaku, beliau memerintahkan,
“Ambillah pakaianmu dan senjatamu, lalu menghadaplah kepadaku!”
Aku pun mendatangi beliau ketika beliau sedang berwudhu’.
Beliau melihat-lihat kepadaku, kemudian bersabda,
“Aku akan mengutusmu memimpin satu pasukan, semoga Allâh akan menyelamatkanmu dan memberimu harta rampasan perang. Aku berharap engkau menyukai harta dengan kesukaan yang baik”. ‘
Amr bin al-Ash mengatakan, “Wahai Rasûlullâh, aku tidak masuk Islam karena harta. Tetapi aku masuk Islam karena mencintai Islam dan agar aku bersama Rasûlullâh “.
Maka beliau bersabda, “Hai Amr, sebaik-baik harta yang baik adalah untuk orang yang shalih”.[3]
Jelas sekali bahwa sebaik baik harta adalah yang berada ditangan orang yang shaleh, yaitu orang yang dekat pada Allah. Sebab orang shaleh yang dikaruniai harta akan menggunakannya dalam hal yang baik.
Ia akan membantu fakir miskin, berzakat, berinfak, bersedekah, dan menggunakannya hanya dalam hal hal yang dibolehkan dan mendekatkan diri padaNya. Karena ia juga sadar bahwa harta atau uang adalah alat semata.
Yang bisa digunakan dijalannya sebagai bekal diakhirat sana, insya Allah. So, tak ada masalah menjadi kaya dan berlimpah, yang penting saat sudah jadi lebih kaya tidak sombong dan merendahkan orang.
Malah tambah lebih banyak berbagi dan penuh syukur karena dikaruniai wasilah harta sebagai kehendak Allah dan perpanjangan tangan dariNya untuk menolong hambaNya yang lain.
Dalam sebuah hadits panjang lain juga disebutkan:
Dari Abu Kabsyah al-Anmâri, bahwa dia mendengar Rasûlullâh bersabda:
Dan aku akan mengatakan satu perkataan kepada kamu, maka hafalkanlah! Beliau bersabda:
Sesungguhnya dunia itu untuk 4 orang:
Hamba yang Allâh berikan rezeki kepadanya berupa harta (dari jalan yang halal) dan ilmu (agama Islam), kemudian dia bertaqwa kepada Rabbnya pada rezeki itu (harta dan ilmu), dia berbuat baik kepada kerabatnya dengan rezeki, dan dia mengetahui hak bagi Allâh padanya.
Maka hamba ini berada pada kedudukan yang paling utama (di sisi Allâh).
2. Hamba yang Allâh berikan rezeki kepadanya berupa ilmu, namun Dia (Allâh) tidak memberikan rezeki berupa harta, dia memiliki niat yang baik.
Dia mengatakan:
“Seandainya aku memiliki harta aku akan berbuat seperti perbuatan Si Fulan (orang pertama yang melakukan kebaikan itu)”.
Maka dia (dibalas) dengan niatnya (yang baik), pahala keduanya (orang pertama dan kedua) sama.
3. Hamba yang Allâh berikan rezeki kepadanya berupa harta, namun Dia (Allâh) tidak memberikan rezeki kepadanya berupa ilmu, kemudian dia berbuat sembarangan dengan hartanya dengan tanpa ilmu.
Dia tidak bertaqwa kepada Rabbnya padanya, dia tidak berbuat baik kepada kerabatnya dengan hartanya, dan dia tidak mengetahui hak bagi Allâh padanya.
Maka hamba ini berada pada kedudukan yang paling buruk (di sisi Allâh).
4. Hamba yang Allâh tidak memberikan rizqi kepadanya berupa harta dan ilmu, kemudian dia mengatakan:
“Seandainya aku memiliki harta aku akan berbuat seperti perbuatan Si Fulan (dengan orang ketiga yang melakukan keburukan itu)”. Maka dia (dibalas) dengan niatnya, dosa keduanya sama.[5]
Sudah jelas ya sampai disini :)
Jangan ada lagi yang nekat atau berani beranian nggak mau jadi kaya dengan dalil yang asal asalan dan salah penempatan.
Silakan kaji lagi sejarah Islam dan anda akan menemukan betapa banyak ruang sejarah wahyu dan kenabian yang didalamnya sangat banyak menganjurkan agar jadi berlimpah dan jadi bertakwa.
Walaupun, kalau memang ditakdirkan untuk tidak kaya juga tidak masalah. Sebab sekali saya tekankan bahwa:
'Bukan tentang seberapa kaya atau miskinnya, namun seberapa takwa padaNya'
Jelas ya 😊
Nah pengalaman anda gimana?
Pernah melihat orang yang begini atau malah mungkin anda sendiri yang sedang mengalami saat ini? 😎
Pekalongan, Ramadhan, Rabu 28 April 2021, Jelang Ashar..
Fahmy Arafat Daulay
NB: Artikel ini diambil dari Kelas 'Terapi Penarik Rezeki' Batch 10, Hari Kedua :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar