Rabu, 17 Maret 2021

TEKNIK MENGUBAH KEBENCIAN MENJADI KASIH SAYANG

Salah satu jurus paling efektif dan sangat ampuh dalam menangani problem antar manusia yang sangat saya sukai adalah metode yang dilakukan secara 'mematikan' oleh Hasan Al Bana, Mahaguru dan Pendiri Ikhwanul Muslimin Mesir seluruh dunia.

Yang lewat tangan dinginnya, berhasil melahirkan pergerakan Islam yang menyebar all over the world dengan sangat massive. Diawal awal karirnya sebagai seorang Ustadz, ia sering memberikan ceramah kemana pun. Karena beliau sangat santun dan baik, maka nasihatnya begitu mudah diterima banyak orang. Tapi ia punya masalah. Seorang pendengarnya selalu saja menanyakan hal hal yang unik dan menentang jawabannya. Hal ini terjadi berkali kali dan bahkan orang unik ini mengikuti ceramahnya dimanapun dan selalu menyerangnya. Hemm, ini membuat Sang Master bingung dan mencari cara untuk menundukkan hati ini orang 😃 Akhirnya, ia menemukan cara yang sangat ampuh dan berencana menundukkan hati si penyerang yang luar biasa 'istiqomah' itu 😃 Ia mengundang si 'teroris pengajian' itu untuk makan dirumahnya dan ngobrol ngobrol santai. Lalu, menjelang ia akan pulang, Hasan Al Bana menghadiahkan 2 buah buku padanya. Ya Salaam, baik banget ini Master, padahal sudah 'dihajar' berkali kali sama sama si teroris ini 😃 Apa yang terjadi setelahnya? Waw, luar biasa! Si teroris secara mendadak menghentikan aksi gilanya mengkritisi Hasan Al Bana dalam tiap pengajian dan bahkan jadi semacam 'Reseller' dan Marketer untuk pengajian pengajian yang diadakan oleh beliau Rahimahulloh. Selanjutnya, pernah ada penulis artikel yang menyerang pribadi Hasan Al Bana habis habisan. Entah darimana ia dapat info dan berpendapat bahwa Hasan Al Bana adalah seorang pengacau yang mesti disikat. Ia menyerang secara gila gilaan dalam banyak tulisannya di koran. Ini orang bencinya sangat lebay dengan Hasan Al Bana 😃 Tapi, suatu hari mobil si master kritik ini mogok ditengah jalan. Ia merasa kebingungan karena tentu, tak bisa kemana mana. Secara mengejutkan muncullah mobil yang lain dan orang yang didalam mobil keluar, lalu bertanya (ini ilustrasi percakapan saja): 'Kenapa mas?' 'Ini mas, mobil saya kehabisan bensin, jadi mogok dah' 'Ooo begitu, ok sebentar ya' Orang itu lalu mengambil bensin dari mobilnya, lalu menyerahkannya pada si penulis tadi. Ia juga menunggu disana untuk memastikan mobilnya benar benar bisa hidup lagi. Alhamdulillaah, mobilnya sudah nyala dan si penulis merasa sangat berterima kasih. Mobil mogok ditengah jalan memang sangat menegangkan, apalagi kalau lagi sendirian. 'Untung ada orang baik ini yang mau berbagi bensin, kalau nggak wah bisa KO ane disini' mungkin begitu pikirnya. Ia sangat berterima kasih atas bantuannya dan merasa begitu senang ada yang nolong disaat saat terjepit. Kemudian karena merasa kondisi mobil sudah aman terkendali, orang tak dikenal itu langsung beranjak pergi tanpa banyak omong lagi. Saat ia akan masuk mobil untuk jalan lagi, si penulis bertanya: 'Oya mas, nama anda siapa?' Orang itu tersenyum hangat saat membuka pintu mobilnya dan menjawab: 'Nama saya Hasan Al Bana, saya duluan ya mas. Assalaamu'alaykum :) ' Degg!! Terkedjoet dia :v Tak disangka sangka ternyata orang yang selama ini disikatnya habis habisan ternyata adalah orang baik yang menolongnya disaat genting seperti itu. Ya Salaam 😃 Malam itu, mungkin perasaannya jadi bercampur aduk. Antara heran, kagum, terkejut dan lainnya. Tetapi, sejak saat itu, ia berhenti menuliskan semua hal buruk tentang Hasan Al Bana. Seingat saya (tolong dikoreksi kalau keliru), bahkan ia jadi anggota Ikhwanul Muslimin yang militan. Ilustrasi diatas menunjukkan 'Membalas keburukan dengan kebaikan' adalah diantara praktek Spiritualitas dan Ilmu Pengembangan Diri level tinggi yang begitu indah untuk diucapkan dan dituliskan tapi butuh kerendahan hati serta banyak latihan untuk melakukannya. Terus terang saja, saya sendiri mungkin hingga saat ini belum sanggup melakukannya dengan konsisten. Di FB saja kalau ada yang berani macam macam di wall saya langsung saya kembalikan ke alamnya 😉 Tapi mungkin satu cerita yang sangat biasa ini bisa jadi contoh yang lebih sederhana, karena saya sudah amalkan sendiri :) Waktu baru pindah ke Kajen, disamping rumah yang kini saya tinggali bertumpuk gerobak kecil yang isinya sampah yang sudah membusuk. Saya yang baru pindah bertanya tanya: 'Ini kok ada disini ya? Apa nggak ada tukang sampahnya?' Cerita punya cerita, ternyata (katanya) tukang sampahnya malas dan susah disuruh ngambil sampah. Ibu ibu tetangga mengeluhkan hal ini dan info dari mereka agak membuat saya malas. Kenapa malas? Yah karena saya malas berkonflik dalam urusan beginian. Tetapi, ini harus segera dibereskan karena bisa sangat mengganggu nantinya. Jadi, saya menunggunya datang dan saat ia datang (sebelumnya saya doa dulu biar lancar urusan) dan dengan senyum yang lebar saya melakukan ini: 'Assalaamu'alaykum mas, maaf ini tempat sampah memang disini apa gimana?' Saya menyapanya seramah mungkin. 'Oh nggak, nanti saya pindahkan' Lalu saya mencoba berakrab akrab dan menanyakan berbagai hal yang ujungnya, semua masalah persampahan yang mulanya dikeluhkan tetangga itu beres, aman dan terkendali. Coba kalau saya ikutan marah marah, wah bisa panjang urusannya. Kalau pun beres, itu akan meninggalkan perasaan nggak enak dan kapanpun bertemu akan menimbulkan perasaan tidak nyaman :) Yes, kebencian yang dibalas dengan kebencian akan menghasilkan kebencian yang lebih besar lagi. Ini seperti api yang disiram Pertamax, membuatnya semakin ganas dan menggila. Kebencian, sebaiknya dibalas dengan kebaikan karena ia akan mendinginkan api kebencian dan mengubahnya jadi harmoni :) Yah, saya tahu bahwa hal ini sedikit seru dan menantang untuk dilakukan. Beberapa dari anda mungkin bahkan berpikir hal ini tidak mungkin dilakukan. Tapi, lakukan saja sebagai project experimen pribadi. Anggap saja diri anda sebagai sebagai seorang Social Psychologist yang sedang menulis Disertasi Doktoral bertema: 'Efek Memberi dan Berbagi Kebaikan Pada Manusia Kampret Yang Tak Tahu Diuntung' wkkkk 😃 Dan lihat reaksinya pada hidup anda sendiri. Saya percaya, kalau anda melakukan experimen yang unik ini dan berhasil, anda akan tertarik melakukannya lagi dan lagi dalam hal baik dan keren lainnya. Berpikirlah kalau anda itu seorang peneliti yang dibayar mahal dengan bidang Psikologi Manusia. Pikirkan ini sebagai project yang sangat penting dan bisa mengubah dunia. Karena anda adalah seorang peneliti dan tugas seorang peneliti adalah melakukan riset dan menguji cobanya dilaboratorium. Dan lab anda itu begitu luasnya dan gratis. Lab anda adalah keluarga anda, teman teman anda, lingkungan anda, masyarakat anda dan siapapun, termasuk diri anda sendiri. Lakukan experimen dan amati atau kalau perlu, ukur dengan presisi hasilnya. Anda akan menikmati prosesnya dan bahkan semangat anda semakin bertambah tambah saat experimen anda menunjukkan hasil yang menggembirakan. Dengan cara berpikir ini, anda akan mudah melakukannya. Saya berharap anda segera mempraktekkan hari ini juga atau besok saat anda berurusan dengan siapapun. Hajar dan gebukin mereka yang membenci anda dengan kebaikan gila gilaan, sebagaimana yang dicontohkan dalam studi kasus Hasan Al Bana tadi dan perhatikan hasilnya. Satu lagi.. Seorang teman FB saya yang Trainer memiliki tetangga yang (seingat saya) suka buang sampah sembarangan yang menimbulkan bau tak sedap disekitar rumahnya. Rekan saya ini memahami teknik mengubah kebencian menjadi kasih sayang dan ia benar benar mempraktekkannya. Ia menyuruh istrinya untuk berbagi makanan ke tetangga yang suka buang sampah sembarangan itu dan ia melakukannya BERULANG ULANG. Yes, setelahnya, mereka tak lagi buang sampah sembarangan dan bersikap jadi lebih baik, Otomatis. Hanya dengan modal bagi bagi makanan saja dan masalah pun terselesaikan tanpa konflik. Seru kan? :) Silakan Praktekkan dan Buktikan Sendiri dalam hidup anda :) Semoga Bermanfaat dan Salam :) #RepostWithEdit2018

Tidak ada komentar:

Posting Komentar