Rabu, 04 Desember 2019

JANGAN SOK SUCI

Penting bagi seorang manusia yang sedang belajar dan berproses dalam belajar dan share ilmu sukses dan bahagia untuk menjadi apa adanya dan jangan terlalu 'spiritual' dan seolah tidak pernah salah dan sudah sangat terkontrol emosinya.

Itu senjata makan tuan..

Belasan tahun belajar ilmu beginian dan berinteraksi dengan berbagai jenis orang yang aktif dibidan sejenis, sudah lama saya sadar betul bahwa lebih baik terlihat sedikit buruk, emosional dalam beberapa hal yang dianggap esensial atau melakukan sedikit kesalahan yang umum terjadi atau bertindak lebay sesekali itu malah bagus..

Sehingga orang tidak melihat kita bagaikan malaikat nan suci lagi mulia tanpa ada salah dan dosa :D

Maka, label 'Guru' atau 'Master' dan sejenisnya itu, apalagi yang bergerak atau sering share dalam dunia metode memajukan dan semakin mensukseskan diri itu menurut saya amat berbahaya.

Lebih enak kalau hanya dianggap share pengalaman saja, karena yang namanya share itu bisa hanya ide, insight atau pengalaman, yang belum tentu sama hasilnya dengan orang lain yang juga mengamalkan, dan tentu saja yang share belum tentu juga sudah istiqomah dalam melakukannya..

Saya sudah melihat yang beginian banyak sekali. Belajar 'spiritualitas' yang harusnya bisa bikin lebih tenang dan damai, eh malah mengubah sebagian orangnya jadi berangasan dan merasa paling benar sendiri.

Itu bedanya apa dengan yang nggak belajar?

Bedanya apa dengan orang yang baru belajar karate lalu udah merasa paling jago berantem? :D

Kenyataannya, belajar yang 'beginian' itu kalau salah mindset dan cara belajar dari awal ya bahaya banget. Sebab sebuah ilmu itu butuh waktu untuk 'menubuhkan' nya dalam diri.

Juga, kepahaman ilmu kadang juga merupakan hadiah dari Allah atau bawaan genetik dan juga tentu saja, akibat dari pembelajaran dan pelatihan yang tekun selama bertahun tahun.

Itu semua pun, tidak bisa menjadi jaminan bahwa kita akan jadi sempurna. Tetap saja ada titik lengahnya, tak terkecuali dan terutama dengan saya. 

Makanya, saya paling ANTI BANGET dianggap Guru :v

Emang gua pikirin aja dah kalau ada yang mikir begitu, walaupun rasa hormat pada yang sudah share ilmu tentu saja bagi saya sendiri yang sudah belajar pada banyak orang yang saya anggap Guru, adalah hal yang mutlak, sebagaimana rasa hormat kita pada siapapun yang sudah berbuat baik pada kita.

Itu normal saja menurut saya..

Sehingga dengan mindset ini, saya tidak segan menghajar siapapun yang coba mengganggu wall saya yang rapi, bersih dan ganteng ini :v

Sebab saya memang tidak sempurna dan dalam beberapa kasus, sebagian orang saya kira, sudah sangat menyesal karena sudah nekat macem macem dengan akun saya wkkkkkkk

Biasa saja mah saya kalau ada yang bilang:

'Trainer kok emosional?'

'Katanya praktisi pengembangan diri, kok suka 'nyinyir''?

'Pengajar energy healing dan penyembuhan kok bisa sakit?'

Jawaban singkatnya -> Karena saya cuman manusia biasa, yang tak luput dari salah dan dosa (halah!) :v

Jawaban agak panjangnya -> Emosional dalam beberapa hal yang esensial itu malah sangat dianjurkan. Nggak semua jenis emosi yang dianggap negatif itu = negatif.

Jika anda marah dan menggila saat keluarga anda digebukin preman, itu malah bagus. Berarti anda benar benar sayang dengan keluarga anda dan siap bertarung habis habisan demi menjaga keselamatan keluarga anda.

Jika anda merasa kesal karena ada orang yang merusak persatuan negara lewat serangan terhadap ajaran agama agama yang sudah mapan dan sebenarnya baik baik saja, itu malah bagus.

Sebab kalau anda diam saja dan sok spiritual nggak genah, resikonya NKRI secara bertahap bisa hancur berkeping keping, sebagaimana yang dahulu sudah terjadi.

Jika anda merasa naik darah terhadap orang orang yang mengajarkan ilmu pencerahan atau kesadaran 'susu cap nona murni' tapi hobinya menyerang dan menganggap goblok semua orang yang jalan spiritualnya berbeda dan menganggap diri paling maha benar, itu bagus.

Karena anda tidak suka dengan orang yang cuman pinter nulis dan ngomong doang, tapi nol dalam urusan akhlakul karimah atau adab antar sesama penduduk bumi semesta ini.

Itu wajar, itu normal, itu bagus..

Yang nggak bagus itu, anda sudah tau bahwa hal itu munafik, tapi anda diam saja dan pura pura spiritual karena takut dibilangin level aura, kundalini, energi kesadaran atau maqom anda masih rendah dan nista! :v

Padahal hak mutlak menilai orang itu bagus atau nggak sebenarnya ya cuman Allah saja :D

Anda mungkin masih pengen penghargaan orang lain padahal anda sudah tau itu salah dan nggak nyambung antara kata dan perbuatan. 

Kan maha gobloque banget itu? :D

Dimana cerdasnya?

Dimana spiritualnya?

So, dengan cara berpikir yang menurut saya lebih jujur dan apa adanya ini, saya santai santai saja, sebab saya nggak perlu jadi orang lain atau persetujuan orang banyak yang saya lebih tau dan lebih lengkap faktanya dan lebih pengalaman dalam hal begituan (karena sebagiannya sudah pernah dipelajari sebelumnya) ;)

'Kalau beneran salah atau khilaf gimana?'

Ya sudah santai saja. Rasakan perasaan bersalah sejenak dan perbaiki. 

Gampang toh? :D

Yang penting jangan mau dianggap suci dan nggak pernah salah. 

Berat banget itu bapak ibu :v

Jadilah apa adanya saja, dengan tetap terus bertumbuh sewajarnya, secara bertahap dan tidak merasa paling suci, paling spiritual dan paling ampuh metode atau hal yang sedang dijalani :)

Yes, harus diakui sebagian pertanyaan diatas tidak saya jawab, karena nanti artikel ini jadi panjangnya jadi lebih ampun ampunan wkkkkk

Bisa jadi artikel sendiri soalnya :D

Tapi walaupun begitu, saya harap tetap saja ada manfaatnya bagi siapapun yang baca ya :D

Aamiin..

Semoga bermanfaat dan Salam :)

Fahmy Arafat Daulay 

Rabu, 4 Desember 2019, After Lunch, Pekalongan..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar