Sabtu, 29 Agustus 2015

Menghargai Para Pahlawan Lewat Empati History.

Waktu saya SMP dulu, Pak Wahab, kepala sekolah SMP Hang Tuah 2 pernah bercerita bahwa dulu dia sempat ikut perang beneran, bukan perang ecek ecek.

Perang gerilya memang mengerikan. Ia pernah perang dihutan dan terpaksa BAB dalam celananya. Bahkan mau berak saja pun nggak bisa saat perang. Kalau mau ke WC, jika kepala anda menyembul sedikit saja maka hampir pasti akan ditembus peluru dan anda langsung tinggal nama.


Nggak ada ceritanya bisa makan enak, tidur nyenyak, having fun, jalan jalan dan semua hal normal dan menyenangkan lainnya seperti hidup kita yang luar biasa enak saat ini. Melainkan pikiran mereka yang selalu sibuk dengan pertanyaan ini 'Sampai kapan aku bisa hidup' 'Apa saja yang bisa dimakan di hutan ini? Musuh sudah nyampe dimana? Kapan perang ini berakhir? Gimana nasib keluargaku?

Anda takkan tahu apakah anda akan masih bernyawa satu jam lagi, sebab peluru bisa tiba tiba menembus dada, batok kepala atau mata anda secara tiba tiba. Bom bisa saja tiba tiba meledak dan membuat kepala anda lepas dari badan. Kalau anda bawa anak dan keluarga, itu lebih merepotkan lagi.

Jika anak menangis saat musuh sudah mendekat, alamat satu kompi bakalan mati semua. Itu sebabnya saya pernah membaca cerita bahwa dalam kondisi perang hidup ataoe mati, seorang bapak pernah secara tak sengaja membunuh bayinya sendiri, sebab saat dalam perjalanan yang penuh bahaya dan musuh dimana mana itu mendadak bayinya menangis keras dan ia menutup mulut si bayi mungil tadi.

Ternyata, ia membekapnya juga sekalian dengan hidungnya. Memang kalau cuman mulut yang dibekap, suara masih kedengaran lewat hidung. Tanpa sadar ia membekap kuat kuat hidung si bayi tadi dan akhirnya...MATI.

Belum lagi istri istri para pejuang yang sedang melahirkan atau yang mungkin ketinggalan dan ketangkap lalu diperkosa and dibunuh?

Anak anak yang melihat bapaknya mati didepan matanya?

Ibu yang melihat anaknya mati dalam pengungsian akibat kurang makan, akhirnya sakit dan mati?

Rumah rumah dibakar, harta disikat dan kehilangan nyawa orang yang disayangi?

Dulu saya tidak memahami mengapa perlu rame rame dan berisik dalam merayakan kemerdekaan? Toh saya juga aman aman saja kok. Tapi setelah saya belajar sejarah secara mendalam dan membayangkan, bagaimana jika itu terjadi pada badan dan pikiran saya sendiri? Wah sungguh mengerikan, sungguh menyakitkan.

Jadi, saya sangat menghormati para pejuang yang meninggal terbunuh dalam memperjuangkan masa depan anak cucunya, agar kita bisa hidup nyaman, bisa facebookan, bisa manjat pinang, bisa tertawa lepas, bisa jalan kemanapun tanpa takut kepala ditembus peluru atau badan lepas karena bom.

Bisa membaca sesuka hati, bisa ngobrol dan ngumpul ngumpul, tanpa diperbudak lagi :)

Yah walaupun secara ekonomi, jujur saja, hampir semua produk yang dipakai setiap hari adalah buatan luar, bahkan Ex Penjajah kita secara fisik beserta penjajahan budaya yang merusak, tapi tetaplah bersyukur sebab anda bisa hidup enak hari ini karena ada orang orang mulia, yang bahkan tidak mengenal anda, bukan keluarga anda, bukan siapa siapanya anda, rela menggunakan umurnya, nyawanya, duitnya habis habisan hanya agar anda bisa hidup enak sampai saat ini.

Sekarang, tugas kita untuk menjaganya, meningkatkan kemajuannya dan mewariskan negara yang lebih baik untuk kita dan anak cucu kita nanti, hingga hari kiamat.

Jangan sia siakan ratusan ribu atau jutaan badan yang terbunuh dan jadi mayat dengan kejam dengan cuman sering debat nggak penting di FB, status nggak jelas, atau menshare berita berita bodoh dan fitnah berkepanjangan disocial media.

Mereka mati agar anda bisa hidup, jadi hargai itu.

Btw, saya tak tahu apakah Pak Wahab masih hidup atau sudah berpulang. Apapun kejadiannya, saya berdoa semoga beliau dalam keadaan damai dan baik baik saja, entah masih didunia atau sudah berada dialam keabadian.

Yang jelas, dihari yang istimewa ini saya ingin mengucapkan Doa pada para pahlawan yang bahkan tak mengenal kita tapi rela mati demi kemerdekaan dan kebahagiaan anak cucunya:

Allah Yang Maha Penyayang..

Terimalah amalan dan niat para nenek moyang bangsa ini dengan sebaik baik balasan sekehendakMu..

Ampuni mereka dan sayangi mereka..

Berilah mereka keabadian yang damai dan mampukan kami melanjutkan perjuangan ini, dengan lebih peduli pada negara ini dan menjadikannya diantara negara yang didalamnya jadi orang orang yang dekat padaMu dan mengubah dunia, jadi lebih baik dari sebelumnya..

Aamiin..

Itulah Doa Tulus Untuk Negaraku Indonesia, Selamat Ulang Tahun. Semoga Panjang Umur dalam Bahagia, Damai, Sejahtera dan selalu diridhoi olehNya..

Aamiin..

Teruntuk untuk Indonesia..

Tanah Kelahiranku Tercinta..

Tiada Bandingannya..

MERDEKA!!

MERDEKA!

MERDEKA!

UNTUK SELAMA LAMANYA!

17 Agustus 2015, Bumi Kajen, Pekalongan, Jawa Tengah.

Fahmy Arafat Daulay.

#Mantra #HariKemerdekaan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar