Rabu, 30 Oktober 2013

Bahaya Menunjukkan Kekayaan Berlebihan.

Seseorang pernah bercerita bahwa ia pernah punya pengalaman buruk (baca: belajar) tentang ini. Suatu hari tanpa benar benar sadar (karena kalau sadar mungkin ia takkan pernah melakukannya seumur hidup) ia bercerita pada seorang saudaranya kalau ia berhasil mendapat uang dalam jumlah tertentu yang nominalnya sangat lumayan.


Dalam hati, ia mengatakan itu agar membuatnya terkesan dan menghormati serta tak menganggap sepele. Dan itu sepertinya berhasil.Melihat bahasa tubuh dan antusiasmenya mendengar ceritanya, saudaranya sepertinya mulai kagum dengannya.

Tapi, ia kena batunya. Beberapa waktu kemudian seorang kerabat lain datang dan berniat meminjam sejumlah uang. Mungkin saudara tadi melihat ia 'agak kaya' jadi ia berniat meminjam.

Tak banyak sebenarnya, namun jumlahnya lumayan untuk bisa membeli kerupuk selama beberapa bulan. Lelaki itu memberinya juga karena saat itu merasa sudah kaya dan stabil.

Apa yang terjadi selanjutnya? Kerabat tadi ternyata tidak juga membayar hutangnya yang bisa membeli kerupuk selama setengah musiman itu. Hal itu berlangsung hingga kini hingga akhirnya ia memutuskan untuk mengikhlaskan hal itu karena melihat bahwa saudaranya itu ternyata memang punya banyak hutang bulanan dan ternyata hanya terlihat kaya.

Sejak saat itu, ia mengambil pelajaran bahwa pamer itu memang bahaya. Ia jadi lebih rendah hati dan saat berbicara sudah mulai mengurangi 'rasa tinggi' dan ingin kelihatan hebat dan kaya didalam hati. Hal itu membuatnya lebih nyaman dan melepaskan kesombongan dan pencitraan yang tidak perlu.

Ia menyadari bahwa sebaiknya meletakkan semuanya kehebatan kembali hanya padaNya. Ia juga mengurangi membanding bandingkan jumlah kekayaannya dengan orang lain dengan hanya memfokuskan dirinya pada hal hal terpenting dalam hidup dan bekerja sangat keras untuk mewujudkannya.

Sekarang, katanya. Ia lebih bahagia karena tak ada yang perlu ditunjukkan pada dunia. Ia juga terhindar dari orang orang yang mau minjam karena sudah mengurangi bahkan menghilangkan omongan kearah itu. Hatinya lebih damai dan nyaman.

Belajar dari pengalaman diatas, ada hal yang memang perlu diberitahu kebanyak orang sebagai sarana dakwah atau memberi tahu layanan atau jasa pada orang lain.Hal itu tak apa karena memang bagian dari pekerjaan. Namun kalau sudah menunjukkan uang secara berlebihan maka beresiko orang akan meminjam pada kita, tanpa pernah tahu kapan dikembalikan.

Pamer kecantikan juga punya efek yang sama. Di FB dan TV, saya beberapa kali membaca dan mendengar beberapa gadis cantik yang akhirnya diculik atau diperkosa karena memberitahukan semua aktivitas dan dimana ia berada secara berlebihan. Fotonya yang dipasang secantik mungkin membuat beberapa orang jadi gelap mata dan berinisiatif melakukan hal jahat padanya.

Mengapa terjadi? Ya, itu karena ada pancingan awal yaitu memberitahukan semua kondisi, lokasi dan kecantikan yang terlalu dipamerkan. Pamer atau menunjukkan kelebihan secara berlebihan (kecuali berkaitan dengan pekerjaan, karena orang lain memang perlu mengetahui kelebihan layanan, produk atau jasa yang ditawarkan) bisa jadi mudharat yang sangat bahaya.

Saya belajar dari kejadian diatas untuk tidak secara berlebihan berbicara tentang  beberapa hal sensitif diantaranya Uang, Agama, Madzhab, Kecenderungan Politik dan sejenisnya karena mudharatnya begitu banyak.

Bersyukur ya silakan saja dan lakukan dengan lebih banyak berbagi dengan orang lain serta tak perlu dipamerkan kecuali anda memang bertujuan mengajak orang lain untuk melakukan hal baik yang sama. 

Bertanya pada diri, apakah hal yang akan kita sampaikan itu lebih banyak manfaat atau mudharatnya, akan menyelamatkan diri dari banyak mudharat dan kesombongan yang tidak perlu.

Cerita diatas adalah kisah nyata. Sekali lagi, apapun yang berlebihan itu selalu berbahaya. Nasihat ini saya tujukan pada diri sendiri dan semoga bermanfaat juga bagi anda.

Salam :)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar