Seseorang pernah bercerita bahwa ia
pernah punya pengalaman buruk (baca: belajar) tentang ini. Suatu hari
tanpa benar benar sadar (karena kalau sadar mungkin ia takkan pernah
melakukannya seumur hidup) ia bercerita pada seorang saudaranya kalau
ia berhasil mendapat uang dalam jumlah tertentu yang nominalnya
sangat lumayan.
Dalam hati, ia mengatakan itu agar
membuatnya terkesan dan menghormati serta tak menganggap sepele. Dan
itu sepertinya berhasil.Melihat bahasa tubuh dan antusiasmenya
mendengar ceritanya, saudaranya sepertinya mulai kagum dengannya.
Tapi, ia kena batunya. Beberapa waktu
kemudian seorang kerabat lain datang dan berniat meminjam sejumlah
uang. Mungkin saudara tadi melihat ia 'agak kaya' jadi ia berniat meminjam.
Tak banyak sebenarnya, namun jumlahnya lumayan untuk bisa membeli kerupuk
selama beberapa bulan. Lelaki itu memberinya juga karena saat itu
merasa sudah kaya dan stabil.
Apa yang terjadi selanjutnya? Kerabat
tadi ternyata tidak juga membayar hutangnya yang bisa membeli kerupuk
selama setengah musiman itu. Hal itu berlangsung hingga kini hingga
akhirnya ia memutuskan untuk mengikhlaskan hal itu karena melihat
bahwa saudaranya itu ternyata memang punya banyak hutang bulanan dan
ternyata hanya terlihat kaya.
Sejak saat itu, ia mengambil pelajaran
bahwa pamer itu memang bahaya. Ia jadi lebih rendah hati dan saat
berbicara sudah mulai mengurangi 'rasa tinggi' dan ingin kelihatan hebat dan kaya didalam hati. Hal itu
membuatnya lebih nyaman dan melepaskan kesombongan dan pencitraan
yang tidak perlu.
Ia menyadari bahwa sebaiknya meletakkan
semuanya kehebatan kembali hanya padaNya. Ia juga mengurangi
membanding bandingkan jumlah kekayaannya dengan orang lain dengan
hanya memfokuskan dirinya pada hal hal terpenting dalam hidup dan
bekerja sangat keras untuk mewujudkannya.
Sekarang, katanya. Ia lebih bahagia
karena tak ada yang perlu ditunjukkan pada dunia. Ia juga terhindar
dari orang orang yang mau minjam karena sudah mengurangi bahkan
menghilangkan omongan kearah itu. Hatinya lebih damai dan nyaman.
Belajar dari pengalaman diatas, ada hal
yang memang perlu diberitahu kebanyak orang sebagai sarana dakwah
atau memberi tahu layanan atau jasa pada orang lain.Hal itu tak apa
karena memang bagian dari pekerjaan. Namun kalau sudah menunjukkan
uang secara berlebihan maka beresiko orang akan meminjam pada kita,
tanpa pernah tahu kapan dikembalikan.
Pamer kecantikan juga punya efek yang
sama. Di FB dan TV, saya beberapa kali membaca dan mendengar beberapa gadis cantik yang
akhirnya diculik atau diperkosa karena memberitahukan semua aktivitas
dan dimana ia berada secara berlebihan. Fotonya yang dipasang
secantik mungkin membuat beberapa orang jadi gelap mata dan
berinisiatif melakukan hal jahat padanya.
Mengapa terjadi? Ya, itu karena ada
pancingan awal yaitu memberitahukan semua kondisi, lokasi dan
kecantikan yang terlalu dipamerkan. Pamer atau menunjukkan kelebihan
secara berlebihan (kecuali berkaitan dengan pekerjaan, karena orang
lain memang perlu mengetahui kelebihan layanan, produk atau jasa yang
ditawarkan) bisa jadi mudharat yang sangat bahaya.
Saya belajar dari kejadian diatas untuk
tidak secara berlebihan berbicara tentang beberapa hal sensitif
diantaranya Uang, Agama, Madzhab, Kecenderungan Politik dan
sejenisnya karena mudharatnya begitu banyak.
Bersyukur ya silakan saja dan lakukan
dengan lebih banyak berbagi dengan orang lain serta tak perlu
dipamerkan kecuali anda memang bertujuan mengajak orang lain untuk
melakukan hal baik yang sama.
Bertanya pada diri, apakah hal yang akan kita sampaikan itu lebih banyak manfaat atau mudharatnya, akan menyelamatkan diri dari banyak mudharat dan kesombongan yang tidak perlu.
Cerita diatas adalah kisah nyata. Sekali lagi, apapun yang berlebihan itu
selalu berbahaya. Nasihat ini saya tujukan pada diri sendiri dan
semoga bermanfaat juga bagi anda.
Salam :)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar