Pernah nggak anda membaca berita tentang seseorang yang divonis kena Covid lalu besoknya atau beberapa hari kemudian langsung meninggal?
Saya pernah, salah satunya adalah keponakan dari seorang teman baik saya yang seorang Mastah. Rasa takut yang luar biasa berlebihan memang bisa membunuh manusia dan saya sudah pernah membahasnya dalam artikel yang dahulu. Ia memerintahkan pusat komando otak untuk meng off dan men drop kan fungsi fungsi organ dalam dan akhirnya berakhir dengan kematian dini. Sebenarnya sebelum covid ini terjadi, seorang teman fb saya dulu seingat saya pada 2014 meninggal tiba tiba setelah divonis mengidap kanker hanya sekian hari setelah menerima vonis itu. Padahal ia masih muda, terlihat segar dan masih kira kira umur 34 tahun kalau nggak salah. Dan setau saya, kanker walaupun lumayan berbahaya kalau salah penanganan, tapi tidaklah membunuh secepat itu. Kenapa ini bisa terjadi? Yes, karena gangguan pikiran atau emosi.. Masih ingat kasus ada orang yang meninggal karena menyangka masuk ke dalam ruangan pendingin dan dia menyangka tubuhnya semakin mendingin dan akhirnya meninggal padahal ruangan pendinginnya OFF atau TIDAK HIDUP? Itulah contoh bagaimana pikiran manusia sangat mempengaruhi kondisi tubuhnya bahkan sampai di level urusan hidup atau mati.. Gara gara komenan di status sebelum ini, saya jadi ingat kalau tahun lalu tepatnya mulai dihubungi pada 16 September 2021 alhamdulillaah atas izinNya saya berhasil membantu menangani gangguan emosi yang terkait dengan kasus Covid-19 Dimana alumni saya yang terkena itu bersamaan dengan bapaknya dan bapaknya meninggal dengan sebab covid.. Saya menangani alumni saya ini dan mendapat berita bahwa bapaknya meninggal. Kasus ini sempat membuat saya gelisah dan merasa sangat cemas. Bukan apa apa, saya soalnya khawatir dia akan meninggal karena kondisinya sudah mengkhawatirkan dan sulit untuk bernafas. Apalagi bapaknya meninggal dalam perawatan bersamanya. Jujur saja pikiran bahwa salah seorang alumni terbaik meninggal itu benar benar membuat saya sedih dan saya bahkan harus menterapi diri saya sendiri untuk membereskan semua emosi berbahaya ini.. Sementara dia sendiri, mengalami berbagai jenis emosi yang berkumpul menjadi satu, hingga akhirnya ia menghubungi saya via WA untuk meminta bantuan.. Saya segera melakukan segala yang saya bisa untuk membantunya. Saya TENTU SAJA melakukannya via phone, karena dia memang lagi Isolasi Mandiri di rumahnya di Banyuwangi dan saya di Pekalongan.. Terapi via phone dilakukan kira kira 2 atau 3 kali. Saya terus memantaunya untuk mengetahui perkembangannya.. Singkat cerita, mbak ini alhamdulillaah dengan Sangat Cepat membaik dan tidak mengalami gejala yang biasa dialami orang lain pasca covid seperti pegal pegal, nafas masih berat, mudah capek dan sejenisnya. Ia sembuh total dengan sempurna tapi saya tidak merasa senang berlebihan dulu, bisa jadi nanti balik lagi. Pada 14 November 2020 saya kembali menanyakan keadaannya dan YEAH ALHAMDULILLAAH SEMBUH TOTAL! :D Alhamdulillaah case closed lagi.. Sudah beneran sudah sehat wal 'afiat tanpa mengalami gejala turunan sebagaimana yang biasa terjadi pada para pasien covid secara umum yang terkena agak parah.. Saya tidak bertemu langsung, saya hanya melakukannya via telponan saja. Oh ya, saya sudah diizinkan untuk mempublikasikan namanya, jadi informasi ini sangat shahih dan bisa dicek kalau perlu :) Nama mbak diatas adalah Tuffah Zubaidi Eva ;) And you can search her on facebook :) Alhamdulillaah, Ilmu Phone Healing sudah terbukti nyata bisa membantu siapapun yang anda peduli padanya, tanpa terkendala jarak, dimanapun di muka bumi ini :) #ThePhoneHealing #StudiKasus
Tidak ada komentar:
Posting Komentar