Apapun itu, SEJAHAT dan SEBURUK bagaimanapun, kalau dicari cari hikmah atau manfaatnya ya pasti ada saja. Itu mudah sekali dan memang otak kita bisa disetting untuk mencari pembenaran semacam itu.
Otak secara alamiah akan mencari rasionalisasi dan data untuk membuktikan bahwa keyakinannya, segila dan sejahat apapun itu adalah sebuah kebenaran.. Saya mau nanya: - Ada nggak hikmah dari mencuri? Pembenaran: 'Ya bagus dong, kan bisa melatih sense of awareness, kecepatan berpikir, strategic thinking dan kardio kalau misalnya dikejar orang sekampung dan tentu saja sangat bagus buat menambah kekuatan finansial' - Kalau ngerampok? 'Ya keren dong, kan bisa latihan percaya diri, kemampuan kerja tim, perencanaan, serta time management?' - Kalau ngebunuh orang ? 'Wah itu lagi. Jelas kita kan membantu orang untuk bebas dari penderitaannya lebih cepat dan kembali pada Tuhannya, bukankah tubuh ini hanyalah sangkar dari jiwa yang abadi?' (Cihuuy) :v - Kalau maki maki dan memfitnah orang? 'Keren dong brader, soalnya secara 'ilmiah' jika kita melepaskan emosi maka aliran darah akan menjadi lancar. 'Oksigen mengalir lebih kencang dan umur lebih panjang, karena kita melepaskan emosi yang tertahan? Selain itu juga memberikan manfaat untuk Self Esteem karena membuat kita jadi keliatan keren dan bagus buat Personal Branding' (Sedaaaap) - Kalau suka sesama? 'Mantaplah, kan populasi dunia ini sudah terlalu banyak, maka ide suka sesama ini malah bagus kan untuk mengurangi sesak sempitnya dunia?' 'Apakah kamu tau bahwa penuhnya planet ini adalah karena birth control yang kurang dan bukankah cinta itu tidak mengenal kelamin?' (Ahaaaay) - Kalau free sex dan miras? 'Aseeek, kan itu artinya bisa melepaskan energi yang tertahan dalam diri dan membuat otak bekerja lebih baik' 'Apalagi jika mengkonsumsi atau melakukannya pada saat yang tepat dan takaran yang pas, wah itu lebih joss lagi brader' (Uhuuuuy) Paham ya, ini namanya Reframing.. Ini sebuah metode mengubah makna dan bisa digunakan untuk apa saja termasuk membela kejahatan. Banyak digunakan para politisi, sales, copywriter dan juga para mastah, entah itu IMers maupun para pengajar spiritualitas. Mengubah makna ini ya sah sah saja digunakan, asal demi memudahkan kebaikan yang sudah diatur olehNya, sesuai dengan ajaran yang diyakini tersampaikan dengan lebih baik. Tapi kalau metode ini dipake buat pembenaran, ya jadinya seperti diatas tadi. Hitler make ini, Stalin, Mao dan semua pembantai massal menggunakannya serta para pemimpin sekte sesat yang mengajak para pengikutnya untuk bunuh diri massal juga menggunakannya dan ini bukan barang baru dalam dunia, udah lama mah dimana saja yang beginian terjadi. Keburukan yang dibungkus dengan metafora atau perumpamaan indah ya tetap saja keburukan. Dengan rasionalisasi, data atau fakta apapun yang mendukungnya.. Gunakan fitrah suci anda. Bayangkan ketika anda menjadi sok nakal nakal nggak jelas begitu dan anak anda yang berumur 5 tahun melihat anda, apa nggak malu? Atau malah anak anda yang nakal begitu, apa masih punya muka ngeliatnya? :D Kalau udah nggak padahal dulunya adab anda begitu sopan di forum mana saja dan sekarang pamer kenakalan, bangga dengan ngedrugs dan mendukung hal hal yang tidak sesuai moral asli bangsa ini selama ratusan atau ribuan tahun, well YOU have that problem dudes ;) Segera kabur dan pilih pembimbing yang menurut anda lebih baik. Gapapa belajar, yang penting pisahkan antara yang ilmu bagus dan ilmu yang menyesatkan. Ambil ilmunya saja dan buang segala yang buruk. Sebab manusia nggak mungkin jahat semua dan nggak mungkin juga baik sempurna 100 persen, sekeren apapun pencitraan di sosmednya :D Gunakan konsep toleransi dengan netral. Jangan bertoleransi pada keburukan biar dibilangin dapet pencerahan, kesadaran tinggi atau sekedar pengen dijuluki 'nakal' Come on maaan, youre smarter than that ;) #fenomena
Tidak ada komentar:
Posting Komentar