Teringat pada 2007 silam, karena kekesalan saya terhadap suatu
kasus dimasyarakat, saya memutuskan berhenti mengejar kesuksesan dan sejenisnya
demi ‘tugas mulia’ itu.
Saya berpikir sederhana saja untuk mengatasi hal itu terjadi lebih banyak dimasyarakat. Pada Ramadhan 2007, saya terpikir untuk membuat Bedah Buku dikalangan remaja. Bedah Buku biasanya hanya diadakan di kampus kampus saja,nah mengapa tak melakukannya disini? Bukankah itu cuma membaca buku dan menyampaikan isinya saja? Ide sederhana ini saya sampaikan pada teman saya yang tak dinyana langsung merespon dengan sangat antusias.
Saya berpikir sederhana saja untuk mengatasi hal itu terjadi lebih banyak dimasyarakat. Pada Ramadhan 2007, saya terpikir untuk membuat Bedah Buku dikalangan remaja. Bedah Buku biasanya hanya diadakan di kampus kampus saja,nah mengapa tak melakukannya disini? Bukankah itu cuma membaca buku dan menyampaikan isinya saja? Ide sederhana ini saya sampaikan pada teman saya yang tak dinyana langsung merespon dengan sangat antusias.
Saya mikirnya simple saja, tinggal membaca buku, menguasai
poin poin penting darinya dan menyampaikannya pada remaja remaja disana.Sangat
Mudah dan Simple sekalian juga melatih kemampuan Public Speaking saya yang
kalau untuk memberi materi panjang belum terlatih namun untuk urusan Presenter
dulu sudah lumayan.
Maka bergeraklah 2 orang teman untuk mengajak remaja mesjid
kenalan mereka untuk mengadakan acara bedah buku. Responnya Dahsyat dan saya
pun banyak berlatih untuk persiapan. Hasilnya lumayan asik, kami berhasil
mengumpulkan massa dalam gerakan moral di kalangan remaja saat itu.
Namun, diawal awal dan saat pergerakan, ada saja yang
meragukan dan bahkan menuduh yang tidak tidak. Lebih dahsyat lagi yang bilang
begitu adalah orang yang saya hormati dan teman satu ngaji dulu. Ada juga tokoh
masyarakat yang menduga ini gerakan yang aneh.
Guru saya bilang ‘Apa kau sudah siap My?’ dan kata kata
bernada sejenis. Saya tak memahami maksudnya, buat saya Bedah Buku itu tak
harus memiliki ilmu yang sangat tinggi, cukup baca saja, kalau bisa sudah
diamalkan dan sampaikan, that’s all hehehe…
Tetapi mereka berpikir sangat rumit. Lalu saya menjawab ‘Apa
harus jadi Orang Suci lagi Penuh Mulia dulu baru kita bergerak? Apa harus hafal
Qur’an dulu baru bertindak? Apa kita harus seperti Nabi dulu baru menyebarkan
kebaikan?
Sepertinya pertanyaan ini susah untuk dijawab orang orang yang
terlatih berpikir serba rumit dan njlimet kata orang Jawa wkwkwkkw :D
Kalau Saya mah Hajar Saja, kita selesaikan secara Jantan! :D
Gara gara hal ini, pernah ada bisik bisik kalau saya
mengajarkan Silat atau menyebarkan aliran sesat. Berita ini datang dari seorang
teman yang berprofesi sebagai Guru Agama, entah apa maksud sebenarnya, apakah
iri? Sangat tak nyambung antara Bedah Buku dengan mengajar Silat. Ada ada saja
:D
Sebagai penganut aliran
Simplicity, saya tak banyak cingcong, langsung Hajar saja selama hal itu
bermanfaat dan membantu banyak orang. Tak perlu menunggu pendidikan bertahun
tahun, atau punya hati laksana Malaikat. Hajar Saja! Tentang memperbaiki diri
bisa dilakukan sambil jalan. Gampang kan?
Gitu aja kok repot.
Tentu, dalam perjalanannya ternyata tak semudah yang saya
duga. Ada efek lain dalam prosesnya. Pernah saat saya mengisi Bedah Buku
disebuah masjid untuk Remaja, saya ditinggalkan SEMUA remaja lelaki disana saat
sedang memberi materi. Ini benar benar gila dan mengejutkan. Namun saat itu
saya sudah siap dengan apapun yang terjadi. Teman saya yang seorang Aktivis
Dakwah pernah dilempar sandal oleh seorang penduduk setempat. Rekan saya yang
lain diusir dan banyak lagi kisah sejenis, jadi saya santai saja. Udah siap
brow hahaha :D
Juga, niat saya yang Cuma membedah buku ternyata dipersepsi
lain oleh remaja. Saya dianggap orang Alim dan sejenis Ustadz atau Guru Agama,
padahal ya saya Cuma Bedah Buku. Isinya juga tentang Pengembangan Diri. Ya ada
juga sih sekali kali tentang Agama, tapi ya masyarakat belum bisa membedakan
antara Bedah Buku dengan Ceramah. Maka, jadilah sebagian diantara Masyarakat
menganggap saya sejenis Ustadz hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengganti
pendekatan
Pada 2010 saya masih aktif membedah buku disana sini, dari kampong
ke kampung. BTW, bedah buku ini saya berikan Free, ini sebagai bentuk
pengabdian dan ibadah waktu itu. Mungkin karena itu juga banyak yang ngundang
hahaha :D Gratisan memang selalu menarik hati. Apalagi dana untuk manggil
Ustadz juga lumayan untuk kantong Remaja Masjid.Jadi saat saya dan teman
menawarkan hal ini, banyak sekali yang merespon.
Waduh jadi melebar gini ceritanya? Hahaha :D
Ya wes. Intinya,
berpikirlah sederhana dan lakukan yang terbaik. Pastikan niatnya suci
karenaNya. Sekarang saya tak membedah buku lagi. Saya sekarang membedah Otak
dan mencucinya. Yup, itulah tugas para Mind Therapist yaitu Cuci Otak yang dominan
mikir Negatif dan menjadikannya lebih berdaya Positif.
Oya, Satu diantara banyak alasan mengapa saya sangat gila
menulis adalah untuk meneruskan tradisi berbagi ala bedah buku tadi.
Lagi pula, menulis itu lebih simple dan pengaruhnya lebih
kuat. Kita hanya nulis sekali dan efeknya berkali kali lipat.Walaupun kita
sudah meninggal, orang orang yang membaca tulisan kita masih akan mendapai
manfaatnya.
Berbeda dengan Public Speaking yang saat kita selesai
melakukannya, maka banyak sekali materi yang mereka lupakan alias kurang
maksimum. Selain juga kalau saat Public Speaking, orang cenderung melihat siapa
yang menyampaikan, bukan apa yang disampaikan.
Dengan menulis, saya juga mengabadikan pemikiran dan sejarah
diri. Dan menulis ini saya juga lakukan dengan Mikir yang Simple. Tulis Saja
dan bagikan, Beres!
Ini jurus yang Simple dengan efek yang tidak simple. Efeknya
dahsyat dan membuat hidup anda lebih bermakna. Dan saya dengan kerendahan hati
menyatakan kalau saya adalah penganut aliran Simplicity yang fokus pada
kesederhanaan dalam banyak hal, terutama dalam cara berpikir dan bertindak,
selama itu dalam hal hal yang bermanfaat.
Jadilah Sederhana dengan Pengaruh yang tidak Sederhana.
Menurut saya inilah Beberapa Cara Berpikir yang membuat anda
Hidup lebih Bahagia dan Berdaya yaitu:
-
Berpikirlah Sederhana atas segalanya.
-
Kuasai Prinsip Prinsip dasar dan lakukan hanya
saran atau nasihat yang efektif.
-
Jika memang rumit, maka selami lalu sederhanakan.
-
Karena ukuran kecerdasan itu adalah kemampuan menyederhanakan
apa apa yang terlihat BELUM sederhana.
Mindset ini telah membuat hidup saya lebih Bahagia dari
sebelumnya. Saya kira, jika anda melakukannya juga, maka anda akan merasakan juga
efek hebatnya.
Semoga Manfaat dan Silakan Share ya J
Salam Simplicity!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar